You can replace this text by going to "Layout" and then "Edit HTML" section. A welcome message will look lovely here.
RSS

Sabtu, 22 Januari 2011

Konselor Mengatasi Bulliying di Sekolah

Abstrak

Kekerasan atau lebih dikenal dengan bullying di sekolah sejak dulu sudah sering terjadi, namun masih kurang terpublikasi. Dengan berkembangnya zaman, bullying yang dilakukan di sekolahpun menjadi berbagai macam dan makin mengganas. Banyak kematian anak di institusi pendidikan dikarenakan bullying. Bullying yang ada tidak hanya dilakukan oleh sesama siswa saja, tapi guru sebagai pendidik juga melakukan bullying pada siswanya.
Bullying ini bisa terjadi dikarenakan berbagai hal, salah satunya bisa dikarenakan tradisi, balas dendam karena dia dulu pernah menjadi korban bullying, atau perilaku itu ia contoh dari lingkungan sekitarnya,bahkan pengaruh media televisi yang menampilkan adegan kekerasan secara bebas. Bullying bisa berakibat fisik dan psikis bahkan terkadang anak menjadi enggan ke sekolah, atau bisa membuat siswa depresi dan menyakiti diri sendiri. Bullying yang terjadi di sekolah harus segera diatasi, karena hal ini memiliki dampak negatif yang merugikan.
Pihak sekolah, tempat terjadinya bullying ini harus dapat meminimalisir tindakan bullying yang terjadi di sekolah. Hal ini merupakan tanggung jawab semua pihak bukan hanya guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling bisa meminimalisir tindakan bullying dengan program-program bimbingan dan konseling, namun tetap saja membutuhkan kerja sama dengan seluruh pihak di sekolah dan orang tua siswa. Guru bimbingan dan konseling bisa melakukan usaha pengentasan bullying dengan melakukan tindakan preventiv, preservativ, dan kuratif.


BAB I
PENDAHULUAN

Di televisi, Koran, atau media pemberitaan lain masih sering kita dengar tindak kekerasan di Institusi-institusi pendidikan, baik pada tingkat Sekolah dasar, hingga Sekolah Menengah Atas. Tindak kekerasan yang terjadi itu tidak hanya terjadi pada siswa pria saja, tapi saat ini siswi perempuanpun sudah sering melakukan kegiatan kekerasan. Bahkan ada juga yang kegiatan kekerasannya dilengkapi dengan video rekamannya ynag bisa disebarluaskan dengan bebas.
Kekerasan di institusi pendidikan bisa dilakukan oleh siapa saja, baik antar teman, atau sesama siswa, teman, kak kelas, guru, bahkan orang-orang di lingkungan sekolah seperti preman. Lokasi kejadiannya, mulai dari; ruang kelas, toilet, kantin, halaman, pintu gerbang, bahkan di luar pagar sekolah. Akibatnya, sekolah bukan lagi tempat yang menyenangkan bagi siswa, tapi justru menjadi tempat yang menakutkan dan membuat trauma. Dan membuat siswa takut untuk melewati tempat dan membuatnya merasa cemas saat berada di sekolah.
Kegiatan kekerasan yang ada di sekolah kadang disebut juga dengan bullying. Menurut Republika (koran Nasional), bullying di sekolah sudah terjadi sejak puluhan tahun silam tetapi mendapat sorotan media massa baru sekitar lima tahun terakhir. Istilah yang digunakan juga beragam. Dalam bahasa pergaulan, sering ada istilah perploncoan, atau juga senioritas. Bullying dilakukan tidak hanya secara kekerasan fisik tapi juga kekerasan psikis siswa. Misalnya dengan mengolok-olok, menggoda atau hal lain yang tidak menyenangkan.
Kegiatan bullying di kebanyakan sekolah, seringkali dilakukan atau melibatkan sekelompok siswa yang tergabung dalam sebuah geng, dan saat ini keberadaan geng tidak pandang jenis kelamin atau tidak harus para siswa, siswi-pun terkadang memiliki geng. Kecenderungan aktivitas geng siswa maupun siswi, ingin diakui keberadaannya. Dan hanya untuk sebuah eksistensi, mereka bisa melakukan tindakan yang kurang terpuji. Misalnya, mau menang sendiri dan kurang menghargai teman di luar kelompoknya, sering usil kepada temannya, mulai dari tindakan yang dianggap remeh seperti menyembunyikan barang milik temannya dan dikembalikan lagi, sampai dengan benar-benar diambil dan masuk katagori kriminal, mencium paksa, meraba bagian tubuh yang sensitif, malak, bahkan main tonjok teman yang bukan anggota gengnya.
Selain itu, tindakan bullying bisa juga terjadi pada saat kegiatan seperti Ospek, kegiatan pelantikan anggota ekstrakurikuler, atau pada saat ujian kenaikan tingkat di sebuah organisasi sekolah, atau saat seorang siswa ingin menjadi anggota dari organisasi tertentu seperti Osis, Pramuka atau PMR. Dalam acara-acara tersebut, terjadi tindak kekerasan atau tindakan mengancam dengan fisik dan verbal, atau ancaman psikologis. Acara-acara tersebut biasanya mendapat izin resmi dari pihak sekolah, dan dihadiri oleh guru-guru pembimbing. Namun, biasanya pihak sekolah tidak mengetahui akan kegiatan bullying itu di sekolah. Bahkan kadang ada yang menganggap kegiatan bullying itu hanya hal biasa saja yang tidak perlu dipermasalahkan karena merupakan bentuk bermain anak didiknya,  dan sudah turun temurun menjadi suatu kebiasaan tiap generasi di sekolah itu.
Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua, dan masyarakat. Sekolah yang seharus nya menjadi tempat bagi anak menimba ilmu serta membantu membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuhnya praktek-praktek bullying, sehingga memberikan ketakutan bagi anak untuk memasukinya. Karena kadang korban bullying tidak hanya menderita ketakutan ke sekolah saja bahkan banyak kasus bullying yang mengakibatkan korbannya meninggal.
Kegiatan bulllying di sekolah merupakan satu masalah besar yang harus diatasi karena seharusnya sekolah melindungi murid dan siswanya dari tindakan kekerasan dalam bentuk apapun, dan menjadi wadah untuk pembentukan akal, moral dan karakter adiluhung, yang diperlukan untuk membangun masyarakat Indonesia yang sehat, berbudaya dan berteknologi tinggi. Tapi mengapa hal ini tetap saja terjadi? Dan bagaimana guru bimbingan dan konseling mengatasi permasalahan ini?


BAB II
KAJIAN TEORI

  1. Pengertian Bullying
Konon, istilah bullying ini terkait dengan bull, sapi jantan yang suka mendengus (untuk mengancam, menakuti-nakuti, atau memberi tanda). Kamus Marriem Webster menjelaskan bahwa bully itu adalah to treat abusively (memperlakukan secara tidak  sopan) atau to affect by means of force or coercion (mempengaruhi dengan paksaan dan kekuatan).
Dalam dunia anak-anak, Dan Olweus, seorang pakar yang berkonsentrasi menangani praktek bullying, menyimpulkan, bullying pada anak-anak itu mencakup penjelasan antara lain: a) upaya melancarkan permusuhan atau penyerangan terhadap korban, b) korban adalah pihak yang dianggap lemah atau tak berdaya oleh pelaku, dan c) menimbulkan efek buruk bagi fisik atau jiwanya (Preventing Bullying, Kidscape, UK, 2001).
Bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya, takut, terintimidasi, oleh tindakan seseorang baik secara verbal, fisik atau mental. Ia takut bila perilaku tersebut akan terjadi lagi, dan ia merasa tak berdaya mencegahnya. (Andrew Mellor, antibullying network, univ. of edinburgh, scotland).
Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku berupa pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik maupun psikologis terhadap seseorang/kelompok yang lebih lemah oleh seseorang/sekelompok orang yang memersepsikan dirinya lebih kuat. Bully:  Siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin yang berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku bullying.( Hadiyanto:2010)

  1. Penyebab Perilaku Bullying
Dalam penelitian Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, (2005)  alasan seseorang melakukan bullying adalah karena  korban mempunyai persepsi bahwa pelaku melakukan bullying karena tradisi, balas dendam karena dia dulu diperlakukan sama (menurut korban laki-laki), ingin menunjukkan kekuasaan, marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, mendapatkan kepuasan (menurut korban perempuan), dan iri hati (menurut korban perempuan). Adapun korban juga mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena penampilan yang menyolok, tidak berperilaku dengan sesuai, perilaku dianggap tidak sopan, dan tradisi.
Menurut psikolog Seto Mulyadi, Bullying disebabkan karena :
1.      Menurutnya, saat ini remaja di Indonesia penuh dengan tekanan. Terutama yang datang dari sekolah akibat kurikulum yang padat dan teknik pengajaran yang terlalu kaku. Sehingga sulit bagi remaja untuk menyalurkan bakat nonakademisnya Penyalurannya dengan kejahilan-kejahilan dan menyiksa.
2.      Budaya feodalisme yang masih kental di masyarakat juga dapat menjadi salah satu penyebab bullying sebagai wujudnya adalah timbul budaya senioritas, yang bawah harus nurut sama yang atas.
Perilaku bullying pada anak, bisa dikarenakan :
  1. Teori Instink Mc Dougall
Menurut Mc Dougall dalam diri setiap orang terdapat instink untuk menyerang dan berkelahi. Dorongan dari naluri ini yaitu rasa marah karena suatu hal terutama karena merasa terancam atau kebutuhannya tidak terpenuhi. Jadi ia melakukan bullying untuk melepaskan emosi yang ia pendam.
  1. Teori Belajar Sosial (Social Learning)
Teori belajar sosial yang dicetuskan oleh Bandura menekankan bahwa kondisi lingkungan dapat memberikan dan memelihara respon-respon kekerasan pada diri seseorang. Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari hasil belajar melalui pengamatan yang dilakukan anak atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu–individu lain yang menjadi model, yang biasanya adalah orang terdekat di lingkungannya seperti orang tua. Anak–anak yang melihat model orang dewasa melakukan kekerasan secara kosisten ia akan memiliki kecenderungan berperilaku kekerasan bila dibandingkan dengan anak-anak yang melihat model orang dewasa yang tidakmelakukan kekerasan.
  1. Pengaruh media
Tayangan televisi yang bebas di Indonesia, dari film kartun hiburan anak-anak, adegan di sinetron, berita kekerasan di daerah lain yang dapat dilihat secara bebas oleh anak-anak dapat memberikan mereka contoh perilaku kekrasan yang akan ia praktekkan di sekolah. Atau bila ia melihat hal itu secara terus menerus maka keempatiannya terhadap perilaku kekerasan itu makin memudar, ia akan menganggap kekerasan itu adalah hal yang wajar.

  1. Tindakan Bullying
Beberapa macam tindakan Bullying adalah:
  1. Bullying Psikologis seperti memfitnah, mempermalukan, menakut-nakuti, menolak, menghina, melecehkan, mengecilkan, mentertawakan, mengancam, menyebarkan gosip. mencibir, dan mendiamkan
  2. Bullying Fisik seperti menendang, menempeleng, memukul, mencubit, menjotos, menjewer, lari keliling lapangan, push up, bersihkan WC, dan memalak.
  3. BullyingVerbal seperti berteriak, meledek, mengata-ngatai, name calling, mengumpat, memarahi, dan memaki.
Hadiyanto Saputra menyebutkan bebrapa tindakan bullying diantaranya :
  1. Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain)
  2. Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-downs), mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip).
  3. Perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam; biasanya diertai oleh bullying fisik atau verbal).
  4. Perilaku non-verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng).
  5. Pelecehan seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).

  1. Bullying di Sekolah
Perilaku bullying di sekolah banyak terjadi, dan sudah dilakukan sejak dulu. Terkadang bullying di sekolah sudah dianggap hal yang wajar oleh beberapa kalangan. Bullying di sekolah bisa dilakukan dengan :
1.                  Antar Siswa
Bullying yang dilakukan antar siswa tidak selalu berlangsung dengan cara berhadapan muka tapi dapat juga berlangsung di belakang teman. Misalnya, mereka menikmati saat memanggil temannya dengan sebutan yang jelek, meminta uang atau makanan dengan paksa atau menakut-nakuti siswa yang lebih muda usianya. Sementara siswi melakukan tindakan memisahkan salag satu temannya dari kelompok serta tindakan lainnya yang bertujuan menyisihkan individu lainnya dari grup, dan peristiwanya, sangat mungkin terjadi berulang. Atau bisa saja antara kakak kelas dan adik kelas, diamana kakak kelas ingin menunjukkan senioritasnya pada adik kelas dan menunjukkan bahwa ia lebih berkuasa dengan berlaku sewenang-wenang pada adik kelasnya.
2.                  Bullying oleh Guru
Guru terkadang ikut berperan memicu praktik bullying. Misalnya guru memberikan label negatif pada siswa yang tidak membuat PR, siswa yang sering menangis, dengan sebutan-sebutan secara verbal yang menyinggung perasaan siswa.  Guru yang menghukum siswa secara berlebihan karena kesalahan siswanya juga merupakan bullying di sekolah. Tindakan-tindakan guru yang demikian dapat merugikan siswa secara fisik maupun secara psikis. Setelah mendapatkan perlakuan negatif guru siswa jadi tidak ingin sekolah, atau bisa jadi trluka hingga meninggal.
3.                  Bullying antar Genk di sekolah
Geng dimaknai sebagai sekelompok orang yang jumlahnya tak terlalu banyak, yang melakukan kegiatan secara bersama-sama, dan memiliki kegemaran yang sama pula. Kegiatan yang dilakukan bisa negatif bisa positif. Namun, istilah geng selalu berkonotasi negatif. Di sekolah pada usia remaja, banyak muncul geng-geng yang terkadang menimbulkan persainganantar geng dan berujung dengan konflik. Hal ini merupakan proses alamiah karena faktor “eksistensi” dan “ingin diakui”, dan sesungguhnya tak harus berujung konflik bila mendapatkan bimbingan dan pengawasan.
4.                  Bullying oleh masyarakat di sekitar sekolah
Masyarakat di sekitar lingkungan sekolah ada yang mendukung kegiatan persekolahan siswa, namun ada juga yang memanfaatkan siswa di sekolah untuk kepentingannya sendiri. Misalnya saja preman di sekitar sekolah yang sering meminta uang secara paksa terhadap siswa di sekolah baik sat pulang sekolah maupun saat berangkat sekolah. Hal ini sangat meresahkan bagi siswa karena biasanya mereka tidak bisa melawan atau menolak.

  1. Dampak Bullying
1.      Ratna Djuwita dalam Warouw (2007) menyatakan dalam diskusi nasional bahwa ; bullying, selain membuat iklim sekolah tidak bersahabat, dampak lanjutnya adalah banyaknya siswa membolos dan berkembangnya fenomena putus sekolah. Bullying juga bisa membuat korban menjadi pribadi yang rapuh seperti sulit berkonsentrasi, perasaan rendah diri, tidak berharga, bahkan bunuh diri.
2.      Selain itu, dampak dari bullying yang paling jelas terlihat adalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
3.      Dampak Psikologis berupa korban merasa tidak aman, takut, trauma, khawatir (paranoid), kehilangan  percaya  diri, rendah diri (merasa tidak berharga). Korban bisa jadi mengembangkan mentalitas sebagai korban (merasa bahwa dirinya layak untuk tidak dihargai. Korban kurang trampil bersosialisasi, hanya sedikit memiliki teman dan sering merasa kesepian. Korban juga sulit berkonsentrasi sehingga prestasi akademis berpengaruh (bagi yang masih bersekolah).
4.      Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada para korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah.Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder).       

  1. Tanda-Tanda Bullying
Dalam thesisnya,  Warouw (2007) mengungkapkan tanda-tanda untuk mendeteksi terjadinya bullying pada korban (Field, 1999, Elliot M, 2002,  Mc Evoy A., 2005, Sharp, S. dan Smith P.K., 1994) :
1.      Tanda fisik :
a.       Sering membolos, lari dari rumah, dan sebagainya
b.      Memotong, membakar, merusak barangnya sendiri atau sembarang barang
c.       Sering pusing, tidak bisa tidur, tidak sehat atau sakit.
d.      Sering minta uang (tambahan)
e.       Minta diantar ke sekolah
f.       Melukai diri
2.      Tanda Intelektual :
a.       Sulit bicara, atau kadang bicara namun kurang nyambung
b.      Sering lupa
c.       Kurang perhatian di kelas atau pada orang lain
d.      Tidak mengerjakan tugas
3.      Tanda emosional :
a.       Diam, sering merenung
b.      Marah/gusar/teriak tak jelas
c.       Merusak sesuatu
d.      Perilaku yang berubah secara tiba-tiba
e.       Berperilaku aneh tapi selalu mengatakan “Saya nggak apa-apa kok”
f.       Tidak percaya diri
4.      Tanda sosial :
a.       Menghindar/tidak mau bertemu teman atau orang lain
b.      Berperilaku tidak menyenangkan atau aneh pada orang lain
c.       Menyakiti orang lain.


BAB III
PENUTUP

A.                Peran guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi Bullying
Masalah bullying tidak hanya merupakan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling saja, namun semua pihak di sekolah dan orang tua siswa juga haria bekerjasama mengatasi bullying di sekolah. Sebagai seorang konselor sekolah, kita dapat melakukan usaha-usaha untuk mengatasi bullying, diantaranya :
  1. Preventif (Pencegahan)
Dalam langkah ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah bullying di sekolah dan dalam diri siswa sehingga dapat menghambat perkembangannya. Untuk itu perlu dilakukan orientasi tentang layanan bimbingan dan konseling kepada setiap siswa. Guru BK dapat membuat program-program yang efektif dalam memberantas bullying. Misalnya dengan menanamkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah, guru BK dapat melakukannya dengan menjalin komunikasi yang efektif dengan siswa, mengenali potensi-potensi siswa, menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, guru memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreasi dan guru menghargai siswa sesuai dengan talenta yang dimiliki siswa. Atau saat awal masuk sekolah guru BK menjelaskan peraturan sekolah yag melarang keras bullying di sekolah dan hukumannya, agar siswa berfikir dua kali sebelum melakukan bullying. Guru BK juga bisa bekerjasama dengan orang tua siswa untuk menanggulangi bullying atau mendeteksi dini perilaku bullying di sekolah.
2.  Kuratif
Jika guru pembimbing mengetahui ada siswa yang terlibat dalam permasalahan bullying, maka guru pembimbing harus segera menangani permasalahan ini hingga tuntas. Baik itu  penanganan terhadap pelaku, korban, reinforcer dll yang terlibat     bullying. Termasuk juga pengentasan dalam masalah konsekuensi yang akan diterimanya dari sekolah, karena melanggar peraturan dan disiplin sekolah. Juga guru bimbingan harus mengetahui akar permasalahan mengapa pelaku melakukan bullying pada korbannya dan membantu menyelesaikan akar permasalahan tadi.
3. Preservatif
Setelah masalah bullying selesai, maka perlu dilakukan pemeliharaan terhadap segala sesuatu yang positif dari diri siswa, agar tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan semula, serta mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah lebih baik dan berkembang. Bagi anak-anak yang sudah terlibat bullying maka sebagai proses rehabilitasi perlu dilakukan penyaluran minat dan bakat dengan tepat ke dalam berbagai kegiatan-kegiatan ekskul di sekolah, maupun di luar sekolah. Penyesuaian diri siswa dengan lingkungan sosial serta pengembangan diri dalam mengembangkan potensi positifnya juga perlu dilakukan agar ia tidak melakukan bullying lagi. Namun, siswa di sekolah juga harus menerima pelaku bullying dan memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya.   
4. Reveral
 Bila masalah bullying yang ada di sekolah sudah tidak dapat diatasi oleh pihak sekolah, sekolah dapat melaporkan bullying kepihak yang berwajib karena menyangkut masalah tindak pidana kriminal, maka hal tersebut perlu dilakukan. Berdasr dampak megatif yang sangat besarnya karena perilaku bullying di sekolah yang bisa berujung pada gangguan psikologis bahkan kematian. Atau bisa juga guru bimbingan dan konseling mengirim pelaku bullying pada psikiater atau orang yang lebih mampu mengatasi masalah kebiasaan bullying itu.

B.     Kesimpulan
Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku berupa pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik maupun psikologis terhadap seseorang/kelompok yang lebih lemah oleh seseorang/sekelompok orang yang memersepsikan dirinya lebih kuat. bullying bisa dilakukan oleh siapa saja, bisa antar siswa, dilakukan guru, persaingan antar geng di sekolah, maupun dilakukan oleh masyarakat di sekitar sekolah seperti preman.
Bullying ini bisa terjadi dikarenakan berbagai hal, salah satunya bisa dikarenakan tradisi, balas dendam karena dia dulu pernah menjadi korban bullying, atau perilaku itu ia contoh dari lingkungan sekitarnya, bahkan pengaruh televisi yang menampilkan adegan kekerasan secara bebas. Tindakan bullying bisa dilakukan secara psikologis misalnya menakut-nakuti, melecehkan,dan lain-lain. Bullying secara fisik bisa melalui tendangan, pukulan dan lainnya yang memiliki dampak kerugian fisik. Bullying secara verbal seperti berteriak, meledek, mengata-ngatai, dan lain-lain.Bullying selalu berdampak negatif maka bullying harus diatasi baik dengan preventiv, kuratif maupun preservatif.
Daftar Pustaka

Hall, Calvin S & Gardner Lindsey, Psikologi Kepribadian 3 Teori-teori dan Sifat Behavioristik, Kanisius, Yogyakarta:1993.
Kartono, Kartini, Patologi Sosial 2 Kenakalan remaja, Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2006.
http://www.apsi-himpsi.org/Artikel/Bullyng.php diambil pada tanggal 28 Februari 2010 pukul 8.08
http://formagz.com/for-headline/stop-bullying diambil pada tanggal 28 Februari 2010 pukul 8. 20
http://hariansib.com/?p=20009 diambil pada tanggal 28 Februari 2010 pukul 8.14


Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar