Tidak selamanya diam itu bermakna pasif..
Bukan berarti yang tidak berkata-kata itu tidak
memahami, atau bahkan tidak mendengar.
Terkadang dalam diam itu kita sedang berusaha
memahami, mendengarkan dari segala sisi, memilah-milah mana yang benar dan mana
yang salah.
Sebenarnya, sulit untuk mengendalikan mulut ini
agar tak berbicara. Karena apa yang ada di kepala ini kadang ingin sekali
mencuat terlepas dari bibir yang terkunci. Tidak selamanya apa yang kita pikirkan
perlu untuk diucapkan. Oleh karenanya kita perlu diam, diam sejenak untuk
memilah milih mana-mana yang perlu dikeluarkan dari terkatupnya bibir ini atau
mana mana yang harus dilontarkan.. TIdak salah kalau ada pepatah yang
mengatakan kalau "Diam itu Emas" bukan apa-apa tapi pepatah
ini mengajarkan kita untuk lebih baik berdiam saja daripada mengucapkan sesuatu
tapi malah menyakiti.
Tidak diam itu juga tidak berarti asal
mengeluarkan suara atau merangkai kata-kata menjadi sebuah epik kisah, tapi yang
keluar dari mulut ini sebaiknya harus memberikan makna. Tanpa makna, apa yang
kita ucapkan akan kehilangan fungsinya kehilangan jiwanya. melihat, mendengar,
dan bersuara ada porsinya masing-masing. leperti bayi tidak serta merta bisa
berbicara, mereka belajar mendengarkan, melihat dan memahami dulu baru
berbicara.
Namun, ada kalanya seorang manusia ingin
berdiam diri, menutup telinga dan mata dari semua yang terjadi di luar sana.
hal ini wajar terjadi bukan? Belum ada teori psikologi yang mengungkapkan hal
ini adalah salah satu bentuk keabnormalan. sepanjang diam itu tidak
berkelanjutan dan berlama-lama. mungkin kita perlu membiarkan waktu pada diri
kita untuk istirahat sejenak..membiarkan hati kecil kita yang berbicara dan
menemukan sesuatu yang tersembunyi dalam diri kita.
Semoga dengan lebih banyak berbicara dengan hati
kecil kita, mendengar dan melihat yang terjadi di luar sana kita bisa belajar
menjadi bijaksana. bijak dalam melontarkan kata-kata sehingga apa yang kita
ucapkan menjadi lebih bermakna.